Analisis Sotoy: Alasan Korupsi Merajalela di Indonesia

Dalam dunia politik maupun ekonomi, Indonesia adalah negara yang tingkat kerunyamannya menyamai kompleksitas permasalahan di Sinetron Cinta Fitri. Bukan hanya diributkan dengan masalah perut rakyat, kekeringan, banjir bandang atau wabah dan semacamnya, tetapi juga ditambah dengan ulah para pembuat kebijakan yang gengsinya gak ketulungan. Sebenernya apa yang kurang sih? Udah bisa hidup di atas standar masyarakat Indonesia harusnya bersyukur karena banyak orang baik yang mau berada di posisi itu, camkan. Seolah-olah kalo gak bisa nyamain hartanya Mark Zuckerberg nama baik keluarganya akan hancur, dosanya dilipat gandakan, padahal mah cuma kerja di pemerintahan, digaji oleh rakyat yang mayoritas kemampuan ekonominya menengah ke bawah loh, Tuan. Makanya sekarang Indonesia mulai berbenah diri, menata payung hukum, penguatan inspeksi di dalam lembaga-lembaga, dll. Berarti di Indonesia sudah aman dari korupsi dong? Umm, belum tentu jika sifat tiap-tiap Individu masih kayak gini:

1. Lupa

Ya saya jadi lupa juga mau nulis apa, tapi kira-kira gini. Pada dasarnya pejabat-pejabat tinggi itu adalah orang-orang yang suka bekerja keras dan tingkat kecerdasannya luar bisa, artinya menjadi orang yang terpilih melalui usaha di kehidupan sebelumnya. Gak semua pejabat itu dulunya orang kaya loh, ada juga yang dulu pas kuliah perjuangannya bukan main. Mulai dari kerja sambilan Makanya dengan "mengingat" perjuangan tersebut, mereka malah "lupa" untuk mempersembahkan yang terbaik, mengangkat rakyat kecil seperti dirinya dulu, alih-alih menjadi ajang untuk membalas semua usahanya dengan memperkaya diri.

2. Gengsi

Gengsi gak hanya dimiliki cewe yang takut nyatain cinta ke gebetannya, tapi pada dasarnya setiap manusia memang memiliki rasa gengsi yang tidak berkesudahan.Apalagi saat kekuatan yang gak dibarengin sama akuntabilitas, ditambah wewenang yang besar, yaudah deh diambil sebanyak-banyaknya. Bak sabu, semakin ditelan, semakin ketagihan, dan berlaku kelipatan. Akhirnya gaya hidup yang hedon bikin para pejabat harus memenuhi kebutuhan garasinya. Lah kalo rakyat kecil, mau cepet kaya harus ikut uji nyali setiap hari dulu. Kalo setannya sibuk godain para pejabat korup, terpaksa acaranya harus tutup dong.

3. Tidak Menghargai Jasa Pahlawan

Pak, Bu, coba liat deh presiden Uruguay, Josen Mujica, yang mendapat predikat presiden termiskin di dunia. Bayangin aja, dia tinggal di rumah pertanian bobrok milik istrinya, bukan di istana kepresidenan yang megah dengan segala fasilitasnya. Dia pun menyumbangkan 90% gajinya untuk rakyat.
 

Saya jadi inget sebuah kisah dari mantan wakil presiden pertama kita, Bung Hatta. Sampai penghujung napas terakhirnya, beliau gak kesampaian buat beli sepatu Bally tetapi hanya menyimpan brosur sepatu tersebut. Padahal kalo dipikir-pikir, bisa aja kan beli sepatu dari uang rakyat, tapi Beliau gak melakukan hal itu. Kita semua rindu dengan pemimpin rakyat seperti ini.

Sebentar ya mau ke kamar mandi dulu, gak nangis kok, sumpah deh. Hiks.

Udah deh, daripada saya baper ( bawaan laper) mending, kita cukupkan dulu sampai di sini. Buat para pejabat, tulisan ini saya buat untuk mengkoreksi diri saya sendiri karena kebetulan cita-cita saya juga menjadi pejabat yang hebat seperti Anda. Yang dapat membetulkan hanya diri Anda sendiri, serta didukung oleh keluarga yang soleh dan solehah.

Mari kita amin-kan Indonesia yang lebih baik ke depanya, agar tidak ada lagi pejabat yang jemawa, mengutamakan harta, mengambil yang bukan haknya serta lupa akan kebenaran surga. Aamiin....





Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ternyata STAN Punya Banyak Kekurangan

Whistleblowing System

Gejolak Batin saat Bukber